Renungan Tsunami

 KETIKA LAMPUUK DALAM DIAM

Muklis Puna


Biru menderu mengelus  landainya pantai

Sepagi ini kamu kesepian, 

Angin lumpuh, mentari lembut membelai raga

Cemara terpasak kaku dalam lumpur pasir


Lampuuk... 

Indah  dalam diam

Jadi temann pelipur lara

Semburat ombak bersahaja

Satu dua nelayan bercanda dengan buih

Mencari sesuap nasi yang mrengapung di antara karang


Enambelas tahun berselang

Engkau garang dan seram

Tubuhmu menggigil dan  mual

Muntah darah menyeruak ke mana saja

Bersimbah ke daratan,  meluap dan melahap  rumah,  gubug dan gedung

Mayat mayat berserakan bertelanjang  di selokan duka

Auman mu dahsyat membahana,  dunia terperajat


Lampuuk... 

Sepagi ini aku sudah berada di terasmu

Ketika angin masih mendengkur

Bulan belum memompa pasang 

Batu karang  sepi dari amukan badai

Dalam diam engkau begitu indah


Pasir putih terhampar bagai tikar bersulam perak

Ketika bibir  pantai  dilumuri ombak 

Aku menunduk

Mengulang kisah 

Bahwa kau pernah murka dalam semasa


Lampuuk... 

Diammu adalah sukaku

Lembutmu adalah keindahan

Namun marahmu menelan bahagia


Banda Aceh,  1 Februari 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Esai

Artikel

Esai