Puisi Untuk Negeri






KERETA HARAPAN MERANGKAK DI KHATULISTIWA

Muklis Puna


Kereta negeri merangkak di atas khatulistiwa

Entah ke mana besi ular itu menjalar

Lima riibu seratus kilometer jarak tempuh dilewati 

 Mengular di atas bidak dunia

Dua ratus juta lebih pemburu asa, bersemedi dalam lambung berkarat


Kereta harapan tertatih  di garis khatulistiwa

Peron -peron menjerit menampar telinga 

Logam tua masa kompeni,  pipih disetrika matahari

Buku pedoman edisi  sembilan belas kosong-kosong kusam dihela masa


Sejak aku  ingusan,

Raungan kereta  merontokkan nyali dunia

Seribu satu cara  digalang lawan

Keretaku gagah merejam malam

Seribu kuda tak mampu menikung belokan


Kini... 

bisu membeku bagai  besi renta

penumpang mengemis dalam gerbong kelaparan

Penganguran  di wisuda per kwartal

Lapangan kerja seukuran tenis meja

Di gedung mewah,  senator menjual kemiskinan

Menyoraki keadilan menjerat diri

Orang jujur dikubur di keramaian 


Kereta negeri  lapuk didera hujan dan bola.api

Warisan leluhur dibuat merek lain

Satu dua pulau mengambang ke lain selat

Laut digerus, gunung dirontokkan, lalu dijual ke tetangga


Kereta negeri tak lagi perkasa

Penumpang melompat lewat tingkap 


Dulu ...

Aku bangga dengan keretaku

Berpeluh -peluh kudendangkan keperkasannya


Kini.... 

Dibalik.kaca mata hitam aku harus mendendangkan nasibmu


Oh keretaku....

Masih beranikah waktu berputar  kearah pukul dua belas

Aku sudah lama antre di stasiun menua


Lhokseumawe, 1 Juni 2020




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Esai

Artikel

Esai